Fenomena ini bersama-sama terjadi sekitar pada pertengahan masa ke 8, atau lebih tepatnya tanggal 20 Rayagung 920 Masehi. Tapi alasannya yaitu pada ketika itu belum ada internet, jadi ceritanya ya gres sanggup saya posting sekarang, tanggal 1 Ramadhan Tahun 2020.
Ngomong-ngomong, Tahun 2020 Tahun apa dan shio apa ya? Tahun tikus bukan ya? Oh iya, pemirsa sudah punya calendar atau kalender tahun 2020 belum? Saya mah belum.
Lanjut ke cerita! Makara waktu itu, saya dan beberapa orang pahlawan rajawali dari banyak sekali bagian dunia, hendak mudik ke sebuah kota sesudah beberapa ratus masa berjualan camcauh di Virginia.
Idul fitri! Itulah yang menjadi salah satu alasan terkuat kami untuk tetapkan mudik ke rumah milik orang bau tanah 30 hari sebelum orang-orang mengucapkan kata-kata ucapan selamat hari raya idul fitri atau lebaran.
Perjalanan 27.000 jam menuju lembur kelahiran orang lain seakan tak terasa, alasannya yaitu ketika itu, kami ber 10 diangkut oleh sebuah helikopter yang di beling depannya ada goresan pena "Jangan lupa solat" yang tentunya, terbang dengan kecepatan di atas kecerdasan manusia.
Seiring dengan berkumandangnya bunyi adzan ashar di Masjid Al-Huda, saya beserta kawan-kawan datang di sebuah daerah yang di dalamnya dihuni oleh ratusan angkot bernomor 04 jurusan Cileunyi-Sumedang.
"Mau jalan kaki aja supaya sehat, apa mau naik angkot nih?" Tiba-tiba saja si Jongun meneriakan 1 pertanyaan yang tak berbobot.
"Tuh tanya jelema edan" Jawab si Trump sambil membuktikan jari tengahnya ke arah saya. Karena ketika itu, saya berada 5 meter di seberang jalan (lagi nungguin jus alpuket yang masih diblender)
Setelah pembuatan jus selesai dan dieurihkeun kana plastik, saya pun kembali bergabung dengan kawan-kawan yang sedang mutualan.
"Menurut saya mah, jalan kaki memang menyehatkan, tapi itu kan hanya untuk diri kita sendiri dan orang lain tidak akan sanggup merasakannya. Jadi, gimana kalau kita naik angkot saja"
Perdebatan sengit pun terjadi selama beberapa detik. Namun, sesudah melewati perdebatan yang cukup panjang dan melelahkan, kesudahannya membuahkan 1 kesepakatan;
Demi ingin membantu pak sopir yang sedang mencari nafkah, kami pun tetapkan untuk naik angkot 04 jurusan Cileunyi-Sumedang.
"Kang saya dan teman-teman mau naik, tapi diturunkeun di tengah jalan moal yeuh? kapok ah naek angkot 04 teh, sok di turunken di tengah jalan, udah gitu teh terus weh dioperkeun ka angkot nu lain"
"Moal, hayu naek lah! akang mah tara nurunkeun penumpang di tengah jalan, osok oge akang mah nurunkeun penumpang di sisi jalan"
"Oh gitu, okey atuh mun kitu mah, tapi saya ingin duduk di depan nya kang"
"Mangga!"
"Sudah siap semuanya ini teh?"
"Sudah kang"
"(((Berangkaaat.... )))"
Singkat cerita, ketika hingga di jalan Tanjung Sari dan terjebak kemacetan, tiba-tiba saja ada seorang sahabat saya yang dulu mengundurkan diri dari akademi manuk koreak, melewat ke depan kendaraan beroda empat yang sedang saya tumpangi.
Karena beliau terlihat membawa beberapa gelas botol AQUA, saya pun tetapkan untuk berbisik sekeras-kerasnya;
"A eta gratis AQUA teh?"
"Anjir, jelema sarap gening! Ti mana euy? Moal mere udud ka aing?"
"Eu...h, udud wae tulah, belet!"
"Ah, bung Karno ge pinter gening"
"Ih doglo, dibejaan teh"
"Da siamah lieur tuda, ngomong udud wae belet, bari jeung haseup na biwir nyerebung"
"Ha, ha. Yeuh, ah, mahi sabungkuseun mah"
"Heueuh nuhun, moal nyimpang heula ka imah"
"Wah burit euy ayeuna mah, kelah iraha-iraha"
Tiba-tiba, salah seorang sahabat saya yang duduk di belakang pojok sebelah kiri berteriak
"Ah, percuma nitah nyimpang ge ari moal disuguhan nasi goreng mah"
"Eu...h, niatan we atuh euy silaturohim, pan kata pak ustadz juga; Silaturohim itu mempunyai banyak faedah" (Quotes)
"Ha, siap lah, hayu ah"
"Heueuh, semoga selamat hingga tujuan welah do'a ti saya mah"
Kemacetan mulai berkurang, kendaraan beroda empat pun secara perlahan mulai melaju. Namun sesudah beberapa meter berjalan (kira-kira 10 meteran), tiba-tiba si George mengejar sambil melambaikan tangan.
"Sebentar kang, berhenti dulu, tampaknya itu sahabat saya mengejar kendaraan beroda empat ini"
"Oh, siap gan"
"(((Kela tungguan)))"
"Naon maneh lulumpatan, diudag bondon?"
"Ah, boa edan! Lain ieu teu salah mikeun? ieu mah saratus rebu atuh"
"Wah heueuh anjir, salah mikeun euy, yeuh tukeuran jeung
"Ha, untung aing jujur nya"
"Ha, ha, anggerkeun tah sifat jujur teh"
"Ha, siap lah"
Lagi-lagi terdengar teriakan dari jok belakang, yang tak lain yaitu suaranya si Trump
"Lain jujur sia mah belet George! Make aya program ditukeurkeun deui"
"Sorry... Dalam kamus hirup aing mah 'Kejujuran yaitu koentji'"
"Aslina eta teh"
"Ha, ha"
Tak terasa, sesudah beberapa menit, kini kendaraan beroda empat yang kami tumpangi sudah hingga di jalan yang garujleg.
"Mana Nyi, kios bakso yang di dalam langsengnya ada CD wanitaan yang bekas digunakan teh?" Seketika, pertanyaan si Trump seakan ingin mengguncangkan dunia segitiga.
"Soak! Nepi Trump, gosip eta ka lembur didinya"
"Aslina! Rame di lembur Neng juga"
"Ngeri nya. Ke sakeudeung deui gera di belah hareup, ke dituduhkeun ku euceu"
"Kiri kang, di payun"
"Bade liren didieu wae nyah"
"Didieu we kang ah, ieu nu aredan bade ngatim ayam hela cenah"
"Nuhun kang"
"Gan! Ongkosnya belum"
"Talangan hela didinya, ieu teu aya receh, ke di bumi dibayar" (strategi jitu cara gratisan)
"Hayu ah, kita menuju ke tukang mie ayam secepatnya"
"Ayo"
"Punten... Aya keneh kang?"
"Oh, aya, seueur keneh malahan mah"
"Ngadamel we 10 kang, tapi nu 5 mah hayamna wungkul, tong di emihan"
"Siap..."
Ketika kami sedang khusyuk menikmati semangkok mie ayam yang sesekali diselingi kabesekan, tiba-tiba si Jongun tertawa tanpa beban
"Ha, ha, ha!"
"Apa ai kamu, ujug-ujug ketawa wae"
"Lain inget basa tadi saya mah, aya ku bodo nya si George, mun ceuk urang mah bawa we duit nu saratus rebu teh, make aya program ditukeurkeun deui, Kaget saya mah da"
"Tidak! Bukan beliau yang bodoh, tapi aku"
"Kenapa sanggup begitu kang mas?"
"Seandainya saya tadi tetap memperlihatkan uang yang seratus ribu ini dengan ikhlas, niscaya Alloh akan membalasnya dengan 10 kali lipat.
Kan kata pak ustadz; Siapa yang berbuat 1 kebaikan, maka Alloh akan membalasnya dengan 10 kebaikan. Dan mustahil jikalau Alloh berbohong.
Dan kalau kita tidak percaya, berarti kita termasuk ke dalam orang-orang kafir"
Ketika sedang asik ngobrol, tiba-tiba sambil menuuskan mangkok yang gres dicucinya, si kakak tukang mie ayam ikut nimbrung;
"Jadi gan maksudnya, jikalau kita beramal seratus ribu, maka Alloh akan membalas atau menggantinya dengan 1 juta, gitu?"
"Ya sebagaimana bentuk sedekah itu sendiri kang, kan sedekah juga tidak harus berbentuk uang atuh, sanggup berbentuk tenaga, pikiran, ilmu, waktu, tempat, dan lain sebagainya.
Begitupun balasannya, sedekah uang tidak mesti dibalas/diganti dengan uang, balasannya ya sanggup saja berbentuk kesehatan, keselamatan, ketenangan, ketentraman, kenyamanan, dan masih banyak lagi yang lainnya... Gitu kang, kata pak ustadz mah"
"Oooh... gitu ya gan"
"Nah sekarang... Pertanyaan saya untuk akang, akang percaya gak sama akad Alloh?"
"Ya percaya dong gan"
"Kalau akang beneran percaya, akang mau gak, menyedekahkan 10 porsi mie ayam ini? Ya itu juga kalau misalkan akang mau untung berkali-kali lipat sih.
Kalau misalkan akang keukeuh pengen dibayar mah, paling akang cuma dapat, kalikan saja Rp10.000 × 10 porsi = Rp100.000. Tapi sanggup lain ceritanya kang, jikalau yang 10 porsi itu disedekahkan"
"Ntar dulu gan, kalau misalkan yang 10 porsi mie ayam itu saya sedekahkan, itu artinya agan-agan semua hari ini makan mie ayam gratis dong? Tekor dong saya"
"Oh, jadi akang tidak percaya sama akad Alloh?"
"Ya percaya sih. Ya udah deh, hari ini saya beramal 10 mangkok mie ayam"
"Ntar dulu! Akang tulus gak nih atau merasa terpaksa bersedekah? Saya gak maksa lho kang"
"Beneran... Ikhlas, lillahitaala... Lahir dan batin..."
"Makasih akaaang...."
Akhir cerita, 3 hari sesudah beramal 10 mangkok mie ayam, si kakak eksklusif update status di facebook; "Gaes! Beberapa hari yang lalu, saya terperangkap jebakan batman."
Demikianlah, dongeng perihal kehidupan rakyat untuk hari ini. Dan mohon maaf yang sebesar-besarnya, jikalau di dalam cerpen yang bertemakan persahabatan ini ada banyak sekali goresan pena kata-kata bergairah Bahasa Sunda.
Ada 2 alasan kenapa saya menuliskan kata-kata bergairah dalam cerpen singkat yang 2,5 % memakai Bahasa Indonesia ini;
1. Karena saya bukan makhluk halus
2. Agar supaya huruf soundnya dapet
Wabillahitaufikwalhidayah, wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh!