Hari ini, beberapa tahun yang lalu, langit terlihat tak ibarat biasanya, sangat gelap. Angin barat berhembus cukup kencang, menerbangkan daun kering yang berserakan, seakan kehadirannya ingin mengabarkan bahwa sebentar lagi hujan akan segera turun.
Selain terasa hambar juga menyegarkan, tiupannya menciptakan pohon-pohon di pinggiran area tanah kosong terus melambai, menimbulkan suasana pada pagi itu berbeda dari sebelumnya.
Seiring dengan kicauan burung di pematang sawah, gerimis pun turun secara perlahan dan terdengar sangat merdu, alasannya beberapa rintik di antaranya jatuh sempurna di atas plastik bekas bungkus chiki taro snack.
Aroma tanah sekarang mulai tercium, wanginya kerapkali mengingatkan saya pada masa-masa yang telah berlalu. Hujan semakin deras, dan terlihat dari ujung timur Indonesia beberapa orang yang di tangannya menggenggam 50 ekor suung bulan (jamur barat) berlarian mencari daerah untuk berteduh.
Padahal menurut data dari sensus kependudukan yang saya ketahui, mereka semua itu mengaku kalau dirinya yaitu seorang pencinta hujan sejati yang cinta tanah air.
ilustrasi jamur barat |
Dalam situasi ibarat itu, saya pun kembali meraih sebuah cangkir putih bergambar wallpaper kartun animasi unik, keren, dan elok yang di dalamnya berisi 1500 ml air kopi alat transportasi laut, kemudian meminumnya.
Suasana hening, hanya ada asap roko, aroma kopi, dan gemercik bunyi air mengalir di sebuah solokan kecil yang besar. Setelah 30 menit berlalu, secara berangsur-angsur air hujan kembali menguap di angkasa, menyatu dengan langit yang mulai membiru.
Tak usang kemudian, hujan pun reda. Aroma tanah sesudah hujan tentu saja dapat menciptakan siapa pun yang menghirupnya akan merasa damai serta terlempar ke suatu waktu di mana kekuasaan tertinggi ada di tangan presiden Soeharto.
Sudah hampir 3000 jam saya menikmati 2,5 juta mg nikotin dan 0,005 ribu gram kafein di atas sebuah dingklik bambu yang terhampar di depan sebuah warung sederhana; Pinggir sungai, terbuat dari anyaman bambu (baca: bilik) tak ada wi-fi gratis (baca: wayfay), gak ada rokok, kopi, jajanan, goresan pena ngamen gratis, gas 3 kg, indomie, paket data, pulsa listrik,
sama sekali gak ada apa-apa di warung itu, yang ada hanyalah goresan pena "Warung ini akan dijual, jikalau berminat, hubungi kantor pemadam kebakaran!" pada selembar triplek bekas. Duduk terlalu usang dengan kaki bersila di atas sebuah dingklik tentu saja dapat menimbulkan kaki kesemutan.
Dalam keadaan ibarat itu, (sedang kesemutan) saya tidak lekas mencari obat tradisional tangan dan kaki sering kesemutan di apotik, namun saya menyempatkan diri untuk merenung sejenak, kenapa kaki atau tangan dapat mengalami kesemutan? Apakah mungkin penyebab kaki atau tangan kesemutan yaitu alasannya dikerumuni dan digigit oleh arwah-arwah semut tak berdosa yang pernah kita bunuh pada tempo hari?
Karena bagaimanapun juga, harus kita akui bahwa siapapun kita, niscaya pernah membunuh semut-semut tak berdosa dengan tangan dan kaki kita dalam keadaan sadar ataupun tidak.
Sampai di sini, tentu pertanyaan yang akan keluar adalah: "Kapan kita membunuh semut-semut tak berdosa itu?" Ya salah satunya ketika kita bersentuhan dengan objek yang menjadi daerah tinggal sekelompok semut.
Tragedi itu biasanya sering terjadi ketika dalam keadaan tidak tahu, kita berdiri, memegang, atau memasuki sebuah zona yang dikuasai oleh segerombolan semut. Saat itulah, biasanya sekelompok semut akan mengerumuni salah satu anggota badan kita, ibarat tangan dan kaki misalnya.
Dari sekelompok semut yang mengerumuni diri kita, niscaya akan ada 1 ekor semut yang menggigit tangan maupun kaki kita. Dengan insiden ibarat itu, tentu kita akan secara refleks menyapu seluruh semut yang melekat pada anggota badan kita, termasuk semut-semut yang tidak
Para hadirin, sidang Jum'at rohimakumulloh. Semoga dengan kebiasaan kita yang ibarat itu; Menyapu seluruh rombongan semut gara-gara ada 1 ekor semut yang menggigit salah satu serpihan dari anggota tubuh, kita mau lebih mendekatkan diri lagi kepada sang pencipta bumi, langit, dan semua isinya.
Karena, azab yang lebih angker yaitu azab yang tidak hanya ditimpakan kepada orang-orang kafir saja.
Demikianlah, coretan tanpa tinta untuk hari ini, dan mohon maaf yang sangat besar sekali apabila ada goresan pena yang kurang berkenan di hati pemirsa semua. Akhir kata, saya ucapkan; wabilahitaufik walhidayah, wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.***
Berikutnya: [Cerita Tak Berjudul] Based On True Story Sumber https://holidincom.blogspot.com/