Asal-Usul
Dulu, dikala B.J. Habibie masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, nenek sering bercerita bila Abu Nawas itu yaitu seorang pujangga Arab yang digambarkan mempunyai sifat bijaksana dan juga kocak.
Ia dilahirkan di negeri Persia, atau lebih tepatnya di kota Ahvaz dengan nama Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami.
Selain seorang penyair sastra arab klasik, Abu Nawas juga seringkali muncul dalam kisah 1001 malam (seribu satu malam).
Yang beberapa di antaranya; Mencari Tuhan, menipu Malaikat, ikut saembara, perihal umur, makam dan raja Harun Al Rasyid, berpura-pura gila, dan lain sebagainya.
Lalu, bagaimana dengan kisah Abu Nawas dikala disuruh memindahkan istana? Selengkapnya, simak dongeng berikut ini!
Pada suatu hari Minggu, dikala pak Presiden sedang menikmati hari liburnya sambil memberi makan ikan di kolam yang ada di sekitar istana, tiba-tiba Abu Nawas berjalan ke depan istana.
Abu Nawas: "Lagi libur pak haji?"
Pak Presiden: "Yaaa... Seperti itulah, sesekali libur gak apa-apa kan?
Abu Nawas: "Ya kaga ape-aaape. Pak haji juga kan manusia, bukan robot"
Pak Presiden: "Ngomong-ngomong kau mau ke mana Nawas, pagi-pagi sudah membawa botol ajaib?"
Abu Nawas: "Mau mencari jin, pak haji"
Pak Presiden: "Masih terlalu pagi Nawas, bila untuk aktivitas mencari jin. Sini, ngopi dulu!"
Abu Nawas: "Ada rokoknya gak, pak haji"
Pak Presiden: "Jangan khawatir... Ada, banyak. Kalau perlu, pabrik Philip Morris aku pindahin ke sini! Kamu suka rokok marlboro kan?"
Abu Nawas: "Itu dulu pak haji, kini mah sudah enggak"
Pak Presiden: "Lho, kenapa kini sudah enggak?"
Abu Nawas: "Ya alasannya yaitu rasa rokok Marlboro kini sudah gak sesegak dulu lagi pak haji"
Pak Presiden: "Oooh... Begitu rupanya, ya sudah... sini dulu... Nanti rokoknya kau yang beli sendiri ke restoran..."
Abu Nawas: "Ya udah deh pak, bila gitu mah"
Pak Presiden: "Kamu tidak sedang terburu-buru kan Nawas?"
Abu Nawas: "Enggak, emang ada apa ya pak haji?"
Pak Presiden: "Begini Nawas, aku kan berencana mau memindahkan ibu kota ke suatu pulau... Nah, biar tidak membangun lagi istana yang gres di sana, kau dapat gak Nawas, memindahkan istana ini ke sana?"
Abu Nawas: "Waaah... Itu sih soal gaaampang pak haji, yang penting bayarannya aaaje cocok"
Pak Presiden: "Bener Nawas, kau dapat memindahkan istana ini ke sana? Soal bayaran, gak usah dipikirkan, itu soal gampang, dapat diatur, saaangat dapat diatur!"
Abu Nawas: "Ya bener dong pak haji, masa aku berani bohong sama pak haji"
Pak Presiden: "Bagaimana caranya Nawas, kau memindahkan istana ini"
Abu Nawas: "Itu soal gampang... Pak haji. Yang jadi masalah, pak haji sendiri mampu gak, mendatangkan atau mengumpulkan seluruh rakyat pak haji ke istana ini?"
Pak Presiden: "Lho, buat opo to, mengumpulkan seluruh rakyat di istana ini?"
Abu Nawas: "Ya buat ngangkatin istana ini ke bahu/pundak aku dong pak haji, kan istana ini nantinya mau aku panggul ke pulau yang pak haji maksud"
Pak Presiden: "Ha, ha, ha. Kamu memang bakir Abu Nawas, saaangat cerdik! Ya sudaaah... Sekarang... Kamu tak kasih sepeda baru...
Demikianlah, sedikit dongeng dikala Abu Nawas disuruh memindahkan istana ke suatu tempat. mudah-mudahan, goresan pena ini dapat menciptakan pemirsa di seluruh Indonesia tersenyum diam-diam.
Akhir kata, aku ucapkan terima kasih sudah meluangkan waktunya buat mampir ke holidincom. Wabillahitaufikwalhidayah, wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Berikutnya:
» Sepenggal Kisah Prabu Siliwangi dari Pak Kyai
» [Dongeng Sesudah Tidur] Negeri Terjauh yang Selalu Dirindukan
» [Cerita Tak Berjudul] Based On True Story Sumber https://holidincom.blogspot.com/