lukisan prabu siliwangi di keraton kasepuhan cirebon |
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh. Robisrohli sodri wayasirli amri wahlul'ukdatamilisani yafqohuqowli amab'adu. Selamat pagi, siang, sore, malam para pemirsa di manapun berada!
Hari ini, saya akan kembali menuliskan atas apa yang sudah saya dengar, yakni; Sepenggal kisah Prabu Siliwangi yang bukan hanya sekedar kabar burung,
lantaran kisah ini diceritakan langsung oleh seseorang yang mempunyai silsilah keturunan sebagai berikut:
- Nabi Muhammad S.A.W
- Sayyidatuna Siti Fatimah Az-Zahra r.a
- Sayyidina Husen r.a
- Imam Zainal Abidin r.a
- Imam Muhammad Albaqir r.a
- Imam Muhammad Jafar Asodiq r.a
- Imam Ali Al'uroidi r.a
- Imam Muhammad Annaqib r.a
- Imam Isa Annaqib r.a
- Imam Ahmad Almuhajir r.a
- Imam Ubaydilah r.a
- Imam Alwi r.a
- Imam Muhammad r.a
- Imam Alwi r.a
- Imam Ali Kholaqosam r.a
- Imam Muhammad Sohibu Mirbat r.a
- Imam Alwi r.a
- Imam Abdul Malik r.a
- Imam Abdulloh Udmatukhon r.a
- Imam Ahmad Syah Jalal r.a
- Imam Jamaludin Alhusaini r.a
- Imam Ali Nuralam r.a
- Imam Umatudin Abdulloh/sultan syarif abdulloh r.a (yang menikah dengan anak prabu siliwangi)
- Syarif Hidayatulloh (sunan gunung jati)
- Maulana Abdurohman Alqodri Mataram
- Pangeran Atas Angin Cirebon
- Eyang Dipati Ukur I
- Eyang Dipati Ukur II
- Eyang Dipati Ukur III
- Eyang Dalem Nayasari Cimanganten Garut
- Eyang Dalem Naya Dirga
- Eyang Dalem H Abdulmanaf Mahmud
- Mbah Sayidi
- Mbah H Abdul Qohar Awal
- Mbah H Abdul Qohar Sani
- Mbah Gede
- Mbah Rois
- Mbah Hj Mariah
- Mama Bojong
- Mama Ahmad Toha Mustawi
- KH. Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al Manafi
di antaranya ada beberapa nama yang sama dan ada beberapa nama yang disebutkan menurut nama julukannya saja.
kh. muhammad muhyiddin abdul qodir al manafi |
Seperti apa yang dikatakan oleh KH Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al Manafi, mengingat Prabu Siliwangi merupakan nama sebuah gelar, jadi pada zaman dulu itu ada beberapa Prabu Siliwangi, menyerupai halnya Fir'aun, yang terdiri dari beberapa Fir'aun.
Jadi, supaya supaya tidak simpang siur, Prabu Siliwangi yang dimaksud di sini ialah Prabu Siliwangi yang sudah beragama Islam.
Namun, dongeng akan dimulai dari sebelum Prabu Siliwangi masuk agama islam. Dan kisahnya, berawal dari sini...
Pada suatu masa, Prabu Siliwangi ingin mempersunting Nyimas Subang Karancang, yang tak lain ialah putrinya Syekh Quro atau Syeikh Qurotul'ain Pulobata Karawang.
Kemudian, Prabu Siliwangi pun mendatangi Syekh Qurotul'ain untuk meminta izin terlebih dahulu. Setelah mendapat izin dari beliau, Prabu Siliwangi segera menghampiri Nyimas Subang Karancang untuk menanyakan perihal keinginannya itu.
Dikarenakan sudah mengatur siasat bersama sang ayah akan mengislamkan Prabu Siliwangi, tanpa berlama-lama Nyimas Subang Karancang pun bersedia diperistri oleh Prabu Siliwangi.
"Ya, saya bersedia menjadi istri paduka, tapi dengan 1 syarat!"
"Syarat apa itu Nyai?"
"Saya minta kongkorong bentang (kalung bintang) sebagai maharnya"
"Baiklah Nyai, permintaanmu akan saya penuhi"
Setelah sepakat, Prabu Siliwangi pun mulai menyusuri daratan, mendaki gunung, dan mengarungi lautan untuk mencari kongkorong bentang.
Namun, kerapkali hasilnya selalu nihil, kongkorong bentang tak kunjung ditemukan. Hingga pada akhirnya, Prabu Siliwangi mendapat sebuah isyarat, bila benda yang dicarinya itu ada di negeri Arab.
Seperti yang kita ketahui, bahwa Prabu Siliwangi ialah orang sakti mandraguna serta mempunyai kesaktian yang sangat luar biasa.
Jadi, hanya dengan membaca mantra "Hong" seketika itu juga Prabu Siliwangi tiba di Negeri Arab.
lukisan prabu siliwangi di ruang pusaka wa idu durahman sumedang |
Setelah mencari tahu perihal apa yang dicarinya, di sana Prabu Siliwangi menemui salah seorang wali Alloh, yang berjulukan Sayyid 'ali (bukan sayyidina 'ali).
Lalu, diceritakanlah asal-usul, maksud, dan tujuan datangnya ke Negeri Arab.
"Jadi tujuan Andika tiba ke sini untuk mencari kongkorong bentang?" Kata Sayyid 'ali sambil mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya.
Dan benar saja, ternyata yang dimaksud kongkorong bentang itu ialah semacam tasbih yang bercahaya, dan sinarnya bisa menciptakan wilayah tersebut menjadi terperinci benderang di malam hari.
ilustrasi kongkorong bentang/kalung bintang |
"Ya, itu yang saya cari, berapa saya harus membayarnya?"
"Ambil saja, dan jadikanlah mahar"
"Terima kasih, saya mohon pamit pulang ke Indonesia"
"Tunggu dulu, Andika gak akan bisa membawa pulang kongkorong bentang itu, sebelum Andika bisa mencabut tongkat yang tertancap ini"
"Baiklah, akan saya cabut tongkat itu"
Jika kita mendenggar kesaktian Prabu Siliwangi, jangankan mencabut tongkat yang tertancap di atas pasir, kerikil sebesar rumah pun bisa terangkat oleh Prabu Siliwangi.
Namun sehabis berkali-kali mencoba mencabut tongkat yang tertancap tersebut, sama sekali tongkat tidak tercabut sedikit pun. Akhirnya, Prabu Siliwangi mengerahkan semua kesaktiannya.
"Hong!" "Hong!" "Hong!"
"Kenapa Andika terus menerus mengucapkan hong?"
"Itu ialah mantra untuk mengeluarkan kesaktian saya"
"Jangan mengucapkan itu, ucapkanlah; Bismillah..." (proses pertama; memasukan asma Alloh ke dalam hati prabu siliwangi)
Setelah mengucapkan bismillah, balasannya Prabu Siliwangi bisa mencabut tongkat yang tertancap di atas pasir tersebut.
Singkat cerita, sehabis pamitan dan akan kembali ke tanah Jawa, Prabu Siliwangi kembali mengucapkan mantranya supaya bisa seketika tiba di Negara Indonesia.
"Hong" "Hong "Hong"
"Apa maksud Andika mengucapkan hong terus menerus?"
"Itu ialah mantra saya supaya bisa secepat kilat tiba di suatu daerah yang saya inginkan"
"Andika kini sudah memegang kongkorong bentang, jadi untuk bisa segera tiba di mana saja, Andika harus mengucapkan bismillahirrohmanirrohim..."
Akhirnya, sehabis Prabu Siliwangi mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, ketika itu juga Prabu Siliwangi sudah berada di pulau jawa.
Kemudian, diserahkanlah kongkorong bentang tersebut kepada calon mertuanya, yakni syekh Qurotul'ain Pulobata Karawang.
Merasa sudah memenuhi seruan Nyimas Subang Karancang, Prabu Siliwangi meminta kepada Syekh Qurotul'ain supaya segera dinikahkan dengan putrinya.
"Baiklah, Andika akan segera saya nikahkan dengan Nyimas Subang Karancang di masjid. Tapi, sebelum masuk ke dalam masjid, Andika harus membersihkan diri terlebih dahulu." (proses ke 2; diajari cara berwudhu)
Setelah berwudhu, kemudian masuklah Prabu Siliwangi ke dalam masjid. Dan di sana, Prabu Siliwangi disuruh membaca 2 kalimat syahadat sebelum dinikahkan dengan Nyi Subang Karancang. (proses ke 3; mulai masuk Islam, namun dalam keadaan belum dikhitan)
Singkat cerita, ketika hari sudah gelap dan ke 2 nya hendak tidur, Nyimas Subang Karancang menangis, dan tangisannya itu menciptakan Prabu Siliwangi merasa kecewa.
Akhirnya, Prabu Siliwangi melaporkan kejadian itu kepada Syekh Qurotul'ain selaku ayah dari Nyimas Subang Karancang.
"Saya merasa kecewa ayahanda, kenapa ketika kami berdua hendak tidur, putrimu malah menangis?"
"oh, putriku menangis mungkin lantaran ada yang membuatnya ketakutan"
"Takut sama apa?"
"Ya, nanti kita tanyakan saja"
"Ananda Nyimas, kenapa kau berlaku menyerupai itu terhadap suamimu?"
Dan Ternyata, sehabis ditanyakan pribadi kepada Nyimas Subang Karancang, yang membuatnya menangis ketakutan ialah kulupnya Prabu Siliwangi itu sendiri.
Menurut keterangan dari pak kyai, kulupnya itu mencapai 1 jengkal. Dikarenakan yang menuturkan kisah ini bukan anak kecil, jadi bisa dipastikan bahwa 1 jengkal di sini ialah 1 jengkal orang dewasa.
Kulup: Sirit/Kokocop/bagian yang dipotong ketika disunat/dikhitan"Jadi harus bagaimana?" kata Prabu Siliwangi.
"Itu harus dipotong, menantuku"
"Tidak bisa! Sakit"
"Tidak akan sakit, saya jamin"
Pada akhirnya, dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, Prabu Siliwangi pun dikhitan oleh Syekh Qurotul'ain tanpa rasa sakit dan tidak mengeluarkan darah. Setelah selesai dikhitan, kemudian kulupnnya dikubur di halaman masjid.
Ketika keislaman Prabu Siliwangi sudah sempurna, mulai dari keyakinan, tauhid, dan lain sebagainya, kulup yang pada waktu itu dikubur di halaman masjid, bermetamorfosis menjadi sebuah makhluk yang di atas kepalanya ada kulupnya.
Kaprikornus ternyata pemirsa, kulup yang dikubur di halaman masjid tersebut, dipakai/dijadikan kupluk oleh setan, sebab, seluruh kesaktian Prabu Siliwangi sebelum memeluk agama Islam, berkumpul di situ.
Semenjak ketika situ, makhluk tersebut mengaku-ngaku bila Prabu Siliwangi itu ialah ayahnya, dan bersikeras ingin diakui anak oleh Prabu Siliwangi.
Karena ingin bertemu dengan sang ayah, meski dihadang oleh ratusan prajurit penjaga kerajaan, makhluk tersebut tetap memaksa menerobos masuk ke dalam istana.
Akhirnya, terjadilah peperangan antara ratusan penjaga istana kerajaan dengan 1 orang makhluk tersebut.
Namun, dari sekian ratus penjaga istana, tak ada satupun yang bisa mengalahkan makhluk yang mengaku bahwa dirinya itu ialah Prabu Pucuk Umun (pucuk = kulup, umun = sisanya).
Melihat bala tentara yang hampir semuanya tumbang, balasannya kejadian tersebut dilaporkan kepada sri baduga maharaja (prabu siliwangi) yang kemudian makhluk tersebut dipersilahkan masuk ke dalam istana.
Melihat Prabu Pucuk Umun yang tetap keukeuh ingin diakui anak oleh Prabu Siliwangi, demi keamanan rakyat, balasannya Prabu Pucuk Umun ini diakui anak oleh Prabu Siliwangi.
Setelah beberapa lama, lantaran mengembangkan paham-paham yang sesat dan para pengikutnya pun makin hari semakin bertambah banyak, Akhirnya Prabu Pucuk Umun beserta para pengikutnya sanggup diusir oleh kanjeng syarif hidayatulloh.
Karena diserang oleh karomah kanjeng syarif hidayatulloh, mereka pun kabur tunggang-langgang ke sebuah hutan, yang kini hutan tersebut kita kenal dengan nama Baduy, Banten.
Setelah kabur ke sana, pengejaran Prabu Pucuk Umun dan para pengikutnya diteruskan oleh sultan Maulana Hasanudin Banten, sampai tak ada lagi Prabu Pucuk Umun dan para pengikutnya yang tersisa di sana.
Sebagai tambahan, ciri-ciri fisik sederhana yang bisa kita lihat dari keturunan-keturunan Prabu Siliwangi orisinil adalah; mereka mempunyai gigi taring yang lebih panjang daripada gigi taring pada umumnya.
ilustrasi gigi taring yang panjang |
Berdasarkan keterangan dari KH Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al Manafi, kisah ini dia dapatkan pribadi dari para leluhurnya yang diceritakan secara turun temurun.
Jadi, itulah sebabnya, kenapa kisah atau dongeng ini dikatakan bukan hanya sekedar kabar burung. Demikianlah, sepenggal kisah Prabu Siliwangi dari pak Kyai.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk mampir ke holidincom. Wabillahi taufik walhidayah, wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Berikutnya:
» [Dongeng Sesudah Tidur] Negeri Terjauh yang Selalu Dirindukan
» [Cerita tak Berjudul] Based On True Story
» [1001 Kisah Islami] Cerita Abu Nawas Memindahkan Istana Presiden
» Kata-Kata Bijak
Sumber https://holidincom.blogspot.com/