Holidincom - Jika di antara kita semua ada yang pernah berlibur di rumah nenek, maka, sehari sebelum animo liburan sekolah berakhir, biasanya orang bau tanah akan mengemas barang-barang dan bersiap meninggalkan rumah nenek untuk segera pulang ke kampung halaman (kembali ke rumah masing-masing).
Dan besoknya, rutinitas kita yang sempat terhenti selama beberapa waktu, akan kembali berjalan menyerupai sediakala;
Bangun pagi-pagi, mandi (opsional), sholat subuh berjamaah di masjid, menggunakan seragam, kemudian sarapan pagi, kemudian berangkat ke sekolah meski dengan sedikit rasa malas dan penuh drama.
Hari pertama ketika tiba ke sekolah sehabis liburan, niscaya kita akan mencicipi sesuatu yang berbeda dari biasanya!
Ketika hari masih sangat pagi, teman-teman sekelas serta siswa yang lainnya sudah pada berkumpul di depan sekolah, di depan kelas, dan sebagian berkumpul di
Tak banyak topik perbincangan terdengar di hari itu, selain daripada keseruan selama liburan di rumah nenek yang diceritakan secara antusias oleh sang pelaku. Siapakah pelaku itu?
Jawabannya, kita semua! ya, kita semua, orang yang sempat menghirup udara di ketika oxigen belum terpapar oleh koneksi internet. Salam satu rasa, dan mari kita menjalin persatuan dan kesatuan!
Menceritakan kembali pengalaman masing-masing di sekolah memanglah sesuatu hal yang sangat seru, dan itu terbukti dengan tak henti-hentinya bunyi canda tawa semenjak pagi tadi.
Namun sayang, keseruan itu harus sirna seketika ketika bunyi bel sekolah mulai berbunyi; Menandakan, upacara hari senin, akan segera dimulai!
Mencari posisi paling belakang! Mungkin itulah salah satu rujukan kebiasaan klasik yang sangat menyenangkan dan seringkali dilakukan oleh sebagian dari kita pada ketika akan melaksanakan upacara bendera di sekolah maupun di tempat-tempat lain.
Selain itu, adegan pingsan di tengah jalannya upacara bendera pun kerap kali dilakukan oleh segelintir siswa, dengan banyak sekali gaya masing-masing.
Untung saja, sebelum upacara bendera dimulai, ada salah seorang sobat kita yang ditugaskan untuk berjaga-jaga dan menanggulangi akting sakral tersebut.
Biasanya, siswa yang ditugaskan menjadi dokter jaga upacara hari senin, akan bangkit di barisan paling belakang, kemudian berbincang santai dengan kita, selaku penghuni tetap barisan paling belakang.
Selain ngobrol dan ketawa-ketiwi ketika upacara bendera sedang berlangsung, kegiatan saling dorong pun menjadi sesuatu hal yang sangat digandrungi dan menyenangkan pada waktu itu.
Masih ingat kan, ketika sobat kita yang bangkit di barisan paling depan, tiba-tiba maju beberapa langkah mendadak lantaran ada dorongan dari belakang?
Atau mungkin kawan-kawan masih tertawa hingga ketika ini, lantaran teringat pada saku celana sobat kita yang dipenuhi dengan sampah?
Jika mencermati beberapa fenomena di atas, ada 1 kesimpulan yang dapat kita ambil untuk dijadikan pelajaran dalam kehidupan, yakni; selalu ada keseruan di setiap hal yang terkadang kita malas melakukannya.
Di samping itu, ada 2 tradisi yang tampaknya masih dilestarikan hingga pada ketika ini;
• Bendera gres dikerek setengah tiang, tapi lagu Indonesia raya sudah selesai dinyanyikan.
• Bendera sudah hingga di ujung tiang, namun lagu Indonesia raya gres saja hingga reff.
Upacara bendera biasanya hanya akan berlangsung beberapa menit saja, kalau tidak ada pengumuman dari kepala sekolah.
Oleh lantaran itu, tidak ada yang lebih membahagiakan di hari senin selain "gak ada pengumuman dari kepala sekolah".
Oleh lantaran itu, tidak ada yang lebih membahagiakan di hari senin selain "gak ada pengumuman dari kepala sekolah".
Padahal, kalau dipikir-pikir, lebih baik mendengarkan pengumuman dari kepala sekolah hingga bel pulang berbunyi daripada harus mencar ilmu matematika selama beberapa menit di dalam kelas. Iya gak?
Setelah upacara berakhir, maka akan selalu ada tradisi berbaris dan investigasi kuku sebelum masuk ke dalam kelas. Dan biasanya, siapapun yang berkuku panjang, akan mendadak sibuk di hari itu.
Hari pertama berada di dalam kelas sehabis sekian usang menikmati libur sekolah, dapat dipastikan bahwa rasa semangat mencar ilmu belum sepenuhnya kembali.
Oleh lantaran itu, bapak ataupun ibu guru biasanya tidak eksklusif melaksanakan kegiatan kegiatan mencar ilmu mengajar, tapi akan mengajak para siswa untuk membersihkan ruangan kelas dan bangkunya masing-masing.
Walhasil, sekarang ruangan kelas diselimuti oleh bau baju seragam gres (baru disetrika maksudnya) dan debu-debu yang beterbangan dengan bebas.
The power of gotong royong, menciptakan pekerjaan seberat apapun menjadi ringan dan cepat selesai.
The power of gotong royong, menciptakan pekerjaan seberat apapun menjadi ringan dan cepat selesai.
Jadi, tak butuh waktu usang untuk membersihkan 1 ruangan kelas dari bubuk dan sampah-sampahnya.
Acara bersih-bersih sudah selesai, dan kini, ruangan kelas sudah kembali higienis menyerupai sebelumnya.
Tak terasa, waktu di jam dinding sudah menandakan pukul 10:00 wib.
Acara bersih-bersih sudah selesai, dan kini, ruangan kelas sudah kembali higienis menyerupai sebelumnya.
Tak terasa, waktu di jam dinding sudah menandakan pukul 10:00 wib.
Selang beberapa menit, Dengan cita-cita dapat mengumpulkan kembali puing-puing semangat mencar ilmu yang sempat pergi dari setiap diri siswa selama liburan lebaran, ibu guru pun mulai membuka mata pelajaran hari itu dengan sebuah dialog santai sambil bercanda ria.
Setelah ibu/bapak guru mengakhiri dialog santainya, selain diberi kiprah menciptakan puisi, biasanya para siswa akan disuruh untuk menciptakan sebuah cerpen atau karangan dengan tema pengalaman selama berlibur.
"Anak-anak, silakan buat karangan di kertas selembar wacana pengalaman kalian yang mengesankan selama berlibur, jangan terlalu singkat, usahakan panjangnya tidak kurang dari 5 paragraf ya!"
"Textnya ditulis pake bahasa apa bu, bahasa tempat beserta terjemahannya kah?"
"Pake bahasa Inggris beserta artinya!"
"Yaaa..."
"Hehe. Ditulis pake bahasa Indonesia saja anak-anak...!"
Tentu saja, kiprah menyerupai itu menciptakan kita semua sebagai pribadi anak sekolah dasar yang di dalam jiwanya sudah terinstall hoream operating system, merasa riang dan sangat gembira.
"Anak-anak, silakan buat karangan di kertas selembar wacana pengalaman kalian yang mengesankan selama berlibur, jangan terlalu singkat, usahakan panjangnya tidak kurang dari 5 paragraf ya!"
"Textnya ditulis pake bahasa apa bu, bahasa tempat beserta terjemahannya kah?"
"Pake bahasa Inggris beserta artinya!"
"Yaaa..."
"Hehe. Ditulis pake bahasa Indonesia saja anak-anak...!"
Tentu saja, kiprah menyerupai itu menciptakan kita semua sebagai pribadi anak sekolah dasar yang di dalam jiwanya sudah terinstall hoream operating system, merasa riang dan sangat gembira.
Kala itu, ada 4 judul yang sudah menjadi langganan ketika disuruh menciptakan sebuah dongeng pendek maupun dongeng panjang bertemakan liburan; "Liburan di rumah nenek, liburan ke ancol, liburan ke pantai, dan Liburan di gunung."
Namun dari ke 4 judul tersebut, tentu saja, "Liburan di rumah nenek" menjadi salah satu judul karangan yang sangat diminati pada ketika itu.
Bersambung....
Berikutnya:
» 8 Acara TV Hari Minggu Pagi Era 90an, Yang Dulu Bikin Kita Nonton Maraton Dan Malas Mandi
» Serunya Suasana Bulan Puasa Ramadhan Era 90an, Bikin Kangen Jaman Dulu
Bersambung....
Berikutnya:
» 8 Acara TV Hari Minggu Pagi Era 90an, Yang Dulu Bikin Kita Nonton Maraton Dan Malas Mandi
» Serunya Suasana Bulan Puasa Ramadhan Era 90an, Bikin Kangen Jaman Dulu