Cerita ini berasal dari rakyat Sumatera Barat yang penulis sadur dari blog dan buku dongeng yang dijual bebas tanpa maksud menyinggung.
Pada jaman dahulu tersebutlah kisah Pak Lebai yang hidup di tepi sungai, di sebuah desa di Sumatra Barat. Pada suatu hari, ia menerima permintaan pesta dari dua orang kaya dikampunnya yang diadakan pada hari dan waktu yang bersamaan. Pak Lebai galau harus mendatangi permintaan yang mana, alasannya yakni kedua permintaan mempunyai laba dan kerugian masing-masing. Ia berpikir, jika ia pergi ke pesta di hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau.
Namun ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut dan kuliner orang-orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai. Tetapi, jika pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan menerima hadiah seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Bedanya lagi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya dengan suplemen kuliner ringan elok kue yang lezat. Akhirnya, ketika sudah waktunya hari program pesta ia mulai mengayuh perahunya untuk menghadiri undangan, meskipun belum juga sanggup tetapkan pesta mana yang akan dipilih.
" Aku mending menghadiri pesta di hulu sungai aja supaya sanggup dua kepala kerbau" guman pak lebai di sambil mendayung sampannya, didayungnya sampan menuju hulu sungai.
Baru tiba di tengah perjalanan, ia mengubah pikirannya. "kayaknya ak berubah pikiran mending menghadiri pesta di hilir sungai masakannya enaknya dan saya pun akan sanggup kuliner ringan elok yang bermacam" Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir.
Begitu hampir hingga di hilir sungai, ia melihat beberapa tamu menuju hulu sungai. " Hey, mau pada kemana kalian kok naik sampan lagi" kata pak lebai kepada tetangganya yang ditemuinya, "Waduh kerbaunya kurus yang disembilih mending saya kehulu aja supaya sanggup daging yang banyak" kata tetangganya. "Masak sich mending saya coba liat dulu aja" kata Pak Lebai dalam hati ia pun teteap mengayuh sampannya ke hilir
Sampai di hilir sungai ia melihat tamu yang hadir kelihatan sedikit "benar juga tamunya keliatan dikit mending saya balik arah lagi aja, menuju ke hulu"
Ia pun mengubah perahunya menuju hulu sungai. Setibanya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta disana sudah selesai. Lalu, ia cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah berakhir.
Kedua pesta telah berakhir, Pak Lebai hanya tinggal meratapi kenapa ia tak menghadiri salah satunya, sehingga kerbau yang diinginkannya pun lenyap begitu saja. Padahal dikala itu ia sangat lapar. Kemudian ia tetapkan untuk memancing ikan dan berburu. Lalu ia membawa bekal nasi dan tidak lupa ia pun mengajak anjing kesayangannya. Setibanya di sungai, ia mempersiapkan peralatan untuk memancing. Setelah menemukan kawasan yang nyaman untuk memancing.
Pak Lebai melemparkan kailnya ke tengah-tengah sungai. Dengan sabar, ia menunggu kailnya dimakan ikan. Setelah memancing agak lama, alhasil kailnya dimakan ikan. Namun, kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebai pun terjun untuk mengambil ikan tersebut.
Namun sayang, ikan itu sanggup meloloskan diri. Sementara ia terjun, anjingnya memakan nasi yang dibawanya. Akhirnya, ia menggigit jari dan tak ada lagi yang sanggup dimakan untuk mengisi perutnya yang semakin keroncongan. Kemalangan telah menimpanya hingga diketahui banyak orang. Sejak dikala itu, Pak Lebai menerima julukan dari orang-orang sekampung sebagai Pak Lebai Malang Perahu.
SPN