Pria Ini Dapatkan Emas Dari Limbah Elektronik
Bangkai-bangkai telepon genggam bertumpuk di tempat tinggal Shandra Setiawan (32) di tempat Citayam, Depok, Jawa Barat. Bentuk bangkai telepon genggam tersebut sudah tidak karuan. Tumpukan lempengan besi berwarna hijau tampak mendominasi. Rupanya, lempengan-lempengan itu yang menjadi sumber nafkah Shandra. Sudah 10 tahun terakhir Shandra menekuni pekerjaan di bidang pengolahan limbah elektronik. Tidak main-main, lempengen besi prosesor telepon genggam dan komputer mengandung menjadi emas murni yang berharga tinggi. "Malah emas yang dari materi elektronik ini lebih murni dari yang biasa ada di pasaran. Ini kadar emasnya 99 persen," kata Shandra dikala berbincang dengan Kompas.com, Rabu (30/5/2018). ada sejumlah tahap yang harus dilalui untuk "menyulap" barang elektronik bekas menjadi emas murni. Tahap pertama ialah membongkar "jeroan" barang elektronik itu sehingga diperoleh lempengan besi yang biasa disebut prosesor. Dari lempengan besi itu nanti akan dipilah sejumlah komponen yang dirasa sanggup diolah menjadi emas. Sementara komponen lainnya biasanya dijual kembali. "Itu yang nggak kepakai biasanya dikiloin lagi sanggup diekspor ke China atau Korea. Enggak tahu juga di sana bakal diapakan," kata Shandra. Ia menuturkan, pada tahap berikutnya, komponen yang diperoleh dari lempengan besi itu akan dibakar memakai las. "Dari prosesor itu pakai timah ditaruh di mangkok dan api kayak las karbit. Dipanasin begitu, dibakar kemudian dicelupin ke timah panas," katanya. Setelah dicelup ke timah panas, barulah unsur-unsur emas dari benda tersebut muncul. Tak hanya kandungan emas, ada pula kandungan perak dan tembaga yang muncul. Kandungan emas yang muncul kemudian dilebur memakai zat kimia berjulukan netrit. Setelah itu, jadilah logam emas berbentuk lingkaran yang siap dijual ke toko-toko emas. Semua Barang Elektronik Shandra mengatakan, hampir seluruh limbah barang elektronik sanggup diolah kembali untuk mendapat emas, mulai dari telepon genggam, komputer, hingga modem internet. "Bisa semuanya cuma kandungan kadarnya berbeda-beda. Kadarnya yang paling manis itu ya dari (telepon genggam) Nokia jadul," kata Shandra. , Shandra tak memperlihatkan tanggapan pasti. Menurut dia, manfaatnya itu tergantung pada ukuran dan kualitas lempengan yang akan diolah. "Ini aku beli satu lempengan sanggup Rp 3.000-an untuk ukuran yang kecil sanggup mampu 170 miligram emas. Kalau ukurannya besar, ya lebih banyak emasnya," kata dia. Ia menambahkan, proses pengolahan limbah tersebut juga tidak memakan waktu lama. Mulai dari pembongkaran hingga peleburan hanya membutuhkan waktu tiga hari. Waktu tiga hari itu jikalau ada sedikit lempengan yang diolah. Jika jumlahnya banyak, waktu pengolahan akan lebih lama. Menurut dia, dirinya bukan satu-satunya orang yang menekuni bidang tersebut. Banyak orang yang punya pekerjaan yang sama menyerupai dirinya. "Buat di Jakarta sudah banyak yang main kayak begini. Di akrab sini juga banyak, di Cinere atau di Sawangan," kata Shandra. Kini Shandra tak lagi berperan dalam seluruh tahapan pengolahan limbah elektronik untuk mendapat emas. Ia hanya menjadi orang yang memilah komponen-komponen dalam lempengan besi untuk diolah menjadi emas. "Peleburannya, kan, pakai zat kimia ya, aku enggak kuat. Akhirnya aku jual-beli komponen saja," ujar dia.